Pakaian Khas Bondowoso

  Bondowoso merupakan sebuah kabupaten kecil yang terletak di sebelah timur dari arah kota Surabaya, tepatnya berada pada deretan kota-kota pesisir timur jawa yang bernama daerah Tapal Kuda yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Madura. Tapal kuda terdiri dari beberapa daerah seperti Probolinggo, Besuki, Situbondo dan Bondowoso. Oleh karena itu, penduduk kabupaten Bondowoso terdiri dari etnis Jawa dan Madura atau nama kerennya JAWARA alias Jawa Madura. Perpaduan kultur inilah yang mengilhami terciptanya pakaian khas Kacong Jebbing dan pakaian khas pengantin Bondowoso "Ronggo Sukmo".

   Pakain khas Bondowoso ini merupakan perpaduan antara pakaian khas Madura dengan sentuhan Jawa. Hal ini dapat dilihat dari ikat kepala yang dipakai oleh si pria yang mirip seperti ikat kepala orang madura yang disebut "Odheng". Jika dilihat dari pakaian dalam berupa kaos bermotif garis menyamping warna hijau, mirip sekali dengan kaos bermotif garis merah yang biasa dipakai Pak Sakera dari Madura. Dipadukan dengan beskap (jas) yang menjadi ciri khas pakaian Jawa serta balutan kain batik khas Bondowoso yang menampilkan motif daun singkong yang mencerminkan daerah Bondowoso yang merupakan daerah penghasil singkong sebagai bahan dasar makanan khas Bondowoso "Tape".

   Begitu pula dengan pakaian yang dikenakan oleh si wanita, perpaduan kebaya khas Jawa yang tampak simpel namun tetap elegan dipadu dengan balutan kain batik bermotif singkong khas Bondowoso yang cantik. Pakaian ini juga terilhami dari kebudayaan Jawa dan Madura. Warna hijau dari kedua pakaian ini merupakan cerminan dari daerah Bondowoso yang asri akan tumbuhan hijaunya serta limpahan hasil buminya. 

Pakaian ini biasanya digunakan oleh para Duta Wisata Bondowoso "Kacong Jebbing" di berbagai even.


   "Ronggo Sukmo" merupakan pakaian pengantin khas Bondowoso yang baru diresmikan beberapa tahun belakangan ini. Pakaian ini juga diilhami dari kebudayaan Jawa dan Madura namun tidak meninggalkan ciri khas Kabupaten Bondowoso yakni batik tulis motif singkong.



Sumber Foto :
Koleksi Priadi
Buklet Dinas Pariwisata Kab. Bondowoso 2010

Read Users' Comments (1)komentar

Keliling Kota Bondowoso dengan Bendi Wisata




  "Pada hari minggu ku turut ayah ke kota, naek delman istimewa ku duduk dimuka....". Yuuppz mungkin pengalaman yang diceritakan dalam lirik merupakan lagu anak-anak ini sulit  untuk anda temui di kota-kota besar. Tapi tidak di Bondowoso, jika Anda ingin berkeliling pusat kota Bondowoso dengan suasana yang berbeda, anda harus mencoba alternatif alat transportasi yang satu ini. Bendi wisata atau yang lebih dikenal dengan delman atau andong (Jawa) dan dokar (Bondowoso), ya...Tour Bendi ini akan memberikan pengalaman yang berbeda dalam menjelajahi keindahan pusat kota Bondowoso.


  Bendi atau delman adalah salah satu kendaraan tradisional di Bondowoso yang memiliki bentuk unik. Pengemudi Bendi disebut “Kusir” (kusir). Bendi memiliki dua roda kayu dan dirancang dengan gaya Jawa. Anda akan menemukan sederet bendi-bendi cantik yang berjajar tepat disisi jalan di Alun-alun Bondowoso (Bondowoso Town Square). Kapasitas dari tiap bendi adalah untuk 3 orang dengan tarif yag cukup murah, anda cukup membayar Rp. 5000 saja, maka sang kusir beserta kuda cantiknya akan mengantarkan anda berkeliling kota. 




Sumber Foto :
http://www.eastjava.com dan berbagai sumber

Read Users' Comments (0)

Wisata Religi - Makam Ki Ronggo


  Di Surabaya kita bisa menemukan sebuah tempat wisata religi yakni makan Sunan Ampel di daerah Ampel yang ramai dikunjungi wisatawan. Bondowoso pun memiliki sebuah lokasi wisata religi yang terletak tidak jauh dari pusat kota Bondowoso yang hanya berjarak +/- 2-3 km arah Utara Alun-alun Kota, tepatnya di kawasan Sekarputih  di tanah yang agak tinggi., Makam ki Ronggo. 

  Ki ronggo merupakan pendiri dari Kota Bondowoso yang wafat pada tanggal 11 Desember 1854 dan dikebumikan di atas bukit kecil di Kelurahan Sekarputih Kecamatan Tegalampel, yang kemudian menjadi Pemakaman keluarga Ki Ronggo Bondowoso.

   Akses ke pintu masuk kawasan makam ini melalui daerah Perumahan Sekarputih  Indah. Seperti Komplek makam Raja atau penguasa daerah pada umumnya, komplek makam ini juga dijaga oleh Juru kunci Makam. Konon di dekat anak tangga pertama menuju makam ada sumur tua yang diyakini bisa untuk teraphy penyembuhan berbagai macam penyakit.



Sumber : http://bondowosocity.wordpress.com/cerita-80-an/sejarah-bondowoso/

Read Users' Comments (0)

Gua Butho – Jireg Bondowoso

  Gua unik satu ini mungkin masih belum banyak diketahui oleh para wisatawan bahkan mungkin masih sedikit warga Bondowoso yang tau akan keberadaan gua ini, Gua Butho, Jireg Bondowoso ini terbilang unik karena menurut sumber dari sebuah situs yang saya dapat, gua kecil ini kental akan nuansa Hindu-Budha yang tampak dari bentuk ukirannya,  selain itu, sedikit bagian dari gua ini diselumuti oleh akar pohon yang terlihat eksotik nan cantik.

  Gua Butho ini berada di Kabupaten Bondowoso tepatnya di Desa Jireg Kecamatan Cerme. Lokasi tepat berada di sisi tebing di Desa Jireg dengan panorama tebing curam. Perjalanan akan lebih mudah dan cepat bila memakai kendaraan roda dua namun dengan roda empat juga bisa, kondisi jalan  sebagian ada yang rusak. Jalan yang  akan dilalui cenderung naik turun tajam karena badan jalan persis melalui Punggung Bukit.

Sumber : http://bondowosocity.wordpress.com/cerita-80-an/guwa-butho-jireg-bondowoso/ 

Read Users' Comments (0)

Peninggalan Sejarah Dari Jaman Purbakala

  Selain keindahan serta potensi objek wisata, Bondowoso juga menyimpan sejumlah situs purbakala yang bersejarah. Benda purbakala atau situs Megalitikum yang berada di hampir semua kecamatan ini merupakan benda peninggalan jaman purba kurang lebih 1000 tahun lalu.

  Salah satu benda tersebut adalah Sarkofagus. Sarkofagus merupakan bagian dari Situs Megalitik. Ia juga dikenal sebagai "Keranda" yang terbuat dari batu atau jenis wadah lainnya, tetapi memiliki tutup atau penutup juga. Tetap dari periode megalitik ditemukan di pusat kota, di lereng Bukit Besar. Ada batu sarkofagus, patung batu dan kursi batu.

  Fungsinya adalah sama dengan kuburan batu / dolmen. Hal ini muncul di beberapa desa, misalnya, satu ditemukan di desa Glinseran, Wringin kabupaten, sekitar 19 km sebelah barat kota Bondowoso. Jarak antara Bondowoso Wringin adalah sekitar 17 km dan dapat dicapai dengan transportasi umum.

  Ada beberapa benda bersejarah lagi yang tersebar di beberapa tempat misalnya situs Glingseran , Situs Megalith “Menhir”(Desa Wringin, Kecamatan Pakem), situs Pekauman (Kecamatan Grujugan) dan situs Dawuhan Suco Lor (Kecamatan Maesan) 







Sumber Foto : http://bondowosocity.wordpress.com/cerita-80-an/guwa-butho-jireg-bondowoso/

Read Users' Comments (1)komentar

Wajah Bondowoso Doeloe & Sekarang

Kita lihat yuk Bondowoso Tempoe Doeloe sama Sekarang...ada bedanya ngk yaa.....
Alun-ALun Bondowoso Doeloe





Alun-alun Bondowoso Sekarang




 
Stasiun Bondowoso Doeloe

Stasiun Bondowoso Sekarang



Read Users' Comments (0)

Arti Logo Bondowoso

Ada juga tentang arti logo dari kota ini:


1. Sesanti Daerah Kabupaten Bondowoso yang berbunyi ” SWASTI BHUWANA KRTA “
a. Swasti artinya :
Selamat, Bahagia lahir dan batin
Merdeka
Menyatu diri dengan Tuhan untuk mendapatkan kebahagian lahir dan batin/keselamatan dunia akhirat
b. Bhuwana Krta artinya Kemakmuran dunia / kesempurnaan dunia
c. Swasti Bhuwana krta artinya barang siapa di dunia melakukan amal perbuatan yang baik dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa akan mendapatkan kesempurnaan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat 

3. Lambang Daerah terbagi atas :
a. Perisai, melambangkan kesatuan pertahanan dari rakyat daerah , warna kuning emas melambangkan keluhuran budi
b. Pohon beringin , melambangkan suatu pemeritahan yang senantiasa berusaha meberikan pengayoman kepada rakyat.
c. Atas Kepala Kereta Api (lokomotif ) mengepul dalam bentuk garis-garis hitam yang mewujudkan dua sapi beradu muka menunjukkan kebudayaan khusus serta kegemaran rakyat Bondowoso akan aduan sapi .
d. Kepala kerbau putih berbentuk dangkal melambangkan kerbau yang menunjukkan letak kota sewaktu pembabatan kota Bondowoso.
e. Kepala Kereta api ( Lokomotif ) melambangkan keberanian perjuangan rakyat Bondowoso, warna hitan yang tak pernah luntur melambangkan kekuatan serta ketetapan hati
f. Cemeti , Parang, Tasbih merupakan pegangan Kironggo yang kewibawaannya dicerdaskan atas ketekunan beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g. Jagung, seni karya , padi, daun tembakau, menunjukaknan hasil utama Kabupaten Bondowoso
h. Tulang daun tembakau membagi daun tembakau sebelah luar menjadi lima bagian , melambangkan dasar Negara Pancasila. Tulang daun tembakau membagi daun tembakau sebelah dalam menjadi empat bagian dan sebelah luar menjadi lima bagian melambangkan Undang-undang Dasar 1945.
i. Gunung dan Air menunjukkan letak geografis daerah yang dikelilingi oleh gunung-gunung dengan pengairan cukup , warna biru melambangkan harapan atas kesuburan daerah.

Sumber : http://www.depdagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/35/name/jawa-timur/detail/3511/bondowoso

Read Users' Comments (0)

Himne Bondowoso

Waktu aku masih bersekolah di kota Bondowoso, http://www.emocutez.comaku adalah salah satu dari pasukan paduan suara sekolah...dari Pas SD dulu...sampai SMA..aku juga bingung..kenapa aku bisa ikutan paduan suara padahal suaraku biasa aja http://www.emocutez.com(ehheeem..eheem..merendah ceritanya)...
Semua lagu baik itu lagu nasional ataupun lagu biasa...semuanya pernah kami nyanyikan..tapi ada satu lagu yang bikin aku merinding dan bangga hingga ingin meneteskan air mata http://www.emocutez.comketika menyanyikannya. (lebay..hihihhiih)..ini dia lagu tentang Bondowoso...seperti ini kira-kira liriknya

Bondowoso indah permai
Dilingkungi gunung-gunung meninggi
Hawa sejuk dingin menyegarkan
Banyak pemandangan asri
Sejak dulu kala
Menjadi pusat pemerintahan
Ki Ronggo sebagai pendirinya
Pulau Madura asalnya
Dalam derap pembangunan
Bondowoso maju
Di segala bidang
Pesat jaya
Megahlah pemerintahan kita
Swasti bhuwana krta


http://www.emocutez.com http://www.emocutez.com

Read Users' Comments (1)komentar

  Berawal dari seorang anak yang bernama Raden Bagus Assra, ia adalah anak Demang Walikromo pada masa pemerintahan Panembahan di bawah Adikoro IV, menantu Tjakraningkat Bangkalan, sedangkan Demang Walikoromo tak lain adalah putra Adikoro IV.

  Tahun 1743 terjadilah pemberontakan Ke Lesap terhadap Pangeran Tjakraningrat karena dia diakui sebagai anak selir. pertempuran yang terjadi di desa Bulangan itu menewaskan Adikoro IV, Tahun 1750 pemberontakan dapat dipadamkan dengan tewasnya Ke Lesap. Terjadi pemulihan kekuasaan dengan diangkatnya anak Adikoro IV, yaitu RTA Tjokroningrat. Tak berapa lama terjadi perebutan kekuasaan dan pemerintahan dialihkan pada Tjokroningrat I anak Adikoro III yang bergelar Tumenggung Sepuh dengan R. Bilat sebagi patihnya. Khawatir dengan keselamatan Raden Bagus Assra, Nyi Sedabulangan membawa lari cucunya mengikuti eksodus besar-besaran eks pengikut Adikoro IV ke Besuki. Assra kecil ditemukan oleh Ki Patih Alus, Patih Wiropuro untuk kemudian di tampung serta dididik ilmu bela diri dan ilmu agama.

  Usia 17 tahun beliau diangkat sebagai Mentri Anom dengan nama Abhiseka Mas Astruno dan tahun 1789 ditugaskan memperluas wilayah kekuasaan Besuki ke arah selatan, sebelumnya beliau telah menikah dengan putri Bupati Probolinggo. Tahun 1794 dalam usaha memperluas wilayah beliau menemukan suatu wilayah yang sangat strategis untuk kemudian disebut Bondowoso dengan diangkatnya beliau sebagi Demang di daerah yang baru dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno. Demikianlah dari hari ke hari Raden Bagus Assra berhasil mengembangkan Wilayah Kota Bondowoso dan tepat pada tanggal 17 Agustus 1819 atau hari selasa kliwon, 25 Syawal 1234 H. Adipati Besuki R. Aryo Prawirodiningrat sebagai orang kuat yang memperoleh kepercayaan Gubernur Hindia Belanda, dalam rangka memantapkan strategi politiknya menjadikan wilayah Bondowoso lepas dari Besuki, dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat R. Bagus Assra atau Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dan pimpinan agama, dengan gelar M. NG. Kertonegoro dan berpredikat Ronggo I, ditandai penyerahan Tombak Tunggul Wulung.

 


  Masa Beliau memerintah adalah tahun 1819 – 1830 yang meliputi wilayah Bondowoso dan Jember. Pada tahun 1854, tepatnya tanggal 11 Desember 1854 Kironggo wafat di Bondowoso dan dikebumikan di atas bukit kecil di Kelurahan Sekarputih Kecamatan Tegalampel, yang kemudian menjadi Pemakaman keluarga Ki Ronggo Bondowoso.

 

Read Users' Comments (0)

Air Terjun Pulo Agung

  Satu dari tiga objek wisata air terjun yang berada di kabupaten Bondowoso ini memiliki pemandangan alam yang tidak kalah menakjubkan. Air terjun ini terletak di Desa Sukorejo Kecamatan Sumberwringi lebih kurang sebelah timur Kota Bondowoso. Air terjun ini terletak di areal perkebunan milik masyarakat,. Air Terjun Pulo Agung ini merupakan obyek wisata yang baru dibuat dan dibangun pada tahun 2003 dan dikelolah oleh Kantor Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bondowoso.

  
  Ketinggian dari air terjun ini lebih kurang 30 M, karena objek wisata ini masih baru maka lingkungan sekitar masih sangat terjaga keasriannya. Selain pemandangannya yang indah, pada objek wisata alam ini  juga terdapat lembah hijau yang tidak terlalu luas yang turut mempercantik pemandangan sekitar. Air terjun ini dilengkapi pula oleh 3 buah shelter yang ditempatkan disekeliling lokasi. Para wisatawan dapat mengunjungi tempat ini dengan menggunakan sarana transportasi umum, tetapi untuk mencapai lokasi air terjun harus berjalan kaki.





Sumber Foto :
http://www.eastjava.com/tourism/bondowoso/
http://beeteam02.multiply.com/photos

Read Users' Comments (1)komentar

Info Akomodasi

Carter Mobil

Rental Mobil dan Sewa Bis Pariwisata di Bondowoso
Suzuki APV - Arena : Rp 500.000,-
Daihatsu Xenia / Toyota Avanza : Rp 500.000,-
Toyota Innova : Rp 650.000,-
KIA PREGIO :Rp 800.000,- (minibus)
Isuzu ELF : Rp 900.000,- (minibus)

Pemakaian 12 jam / hari. Kelebihan pemakaian, rute luar kota, pemakaian beberapa hari dll: harga nego.
Fasilitas termasuk: Mobil AC, Pengemudi, BBM
Tidak termasuk: parkir, tol, makan pengemudi, penginapan
Harga bisa berubah sewaktu-waktu (berlaku tuslah di musim libur / hari raya)
Hubungi: 081.333.284.361


Tarif Bis Pariwisata

Bis Mikro (25 seat) : Rp 1.600.000,-
Bis Makro (40-59 seat): Rp 2.250.000,-
Pemakaian 12 jam / hari. Kelebihan pemakaian, rute luar kota, pemakaian beberapa hari dll: harga nego.
Fasilitas termasuk: Mobil AC, Pengemudi, BBM
Tidak termasuk: parkir, tol, makan pengemudi, penginapan

Read Users' Comments (0)

Air Terjun Tancak Kembar, Mahakarya Terindah

  Tidak hanya air terjun Blawan saja yang ada di kabupaten Bondowoso, satu lagi air terjun yang tidak kalah indahnya ialah Air terjun Tancak Kembar. Objek wisata alam yang satu ini terletak  di 24 km dari Bondowoso ke arah barat di desa Andungsari, kecamatan Pakem. Air terjun Tancak kembar ini memiliki keindahan yang luar biasa, disini anda kan mendapatkan atmosfir ketenangan yang berasal dari sejuknya udara sekitar serta gemericik air yang ditimbulkan dari dua buah air terjun kembar yang berdiri kokoh berdampingan ditengah rimbunnya pepohonan. Ketinggian dari Air Terjun ini mencapai  kurang lebih 77 meter. 

  Di balik keindahannya, terselip sebuah cerita yang berbau mistis, air terjun Tancak Kembar ini tidak hanya  berfungsi sebagai objek wisata dan irigasi bagi pertanian. Tetapi legenda setempat juga berpendapat bahwa sisi kiri air terjun dijaga oleh lelaki dan bagian kanan adalah para wanita. Hal ini diyakini bahwa jika pengunjung cuci mukanya di air terjun, kulit mereka akan tetap selalu muda dan konon limpah air terjun ini dapat menyembuhkan penyakit mata.. 

  Air terjun Tancak Kembar ini juga didukung oleh pusat penelitian kopi Arabika di sekitar tempat ini dengan luas 180 hektar. Daerah ini dikelola oleh Departemen Pertanian.Untuk mencapai air terjun Tancak Kembar Wringin, Bondowoso ini memang agak sulit, karena jalan berkelok dan menanjak menjadi sedikit penghalang bagi perjalanan para wisatawan.  



Sumber Foto : 
http://www.jawaindah.com
http://kabarbondowoso.blogspot.com
http://eastjava.com/blog/2009/06/15/tancak-kembar-waterfall- bondowoso/

Read Users' Comments (0)

Kerajinan Kuningan Desa Cindogo Bondowoso Rambah Pasar Iternasional

  Produk kerajinan Bondowoso tersebar di berbagai wilayah, salah satunya terdapat di desa Cindogo, kecamatan Tapen yang memiliki potensi di sektor industri pengolahan industri kecil  yakni industri kerajinan kuningan. Bondowoso sejak lama dikenal sebagai pusat kerajinan kuningan. Kualitas hasil olahannya ternyata tidak kalah dengan produksi kuningan dari Juwana di Kabupaten Pati, Jawa Tengah.
 
 Kerajinan kuningan di Bondowoso banyak dijumpai di daerah yang berlokasi kurang lebih 15 km kearah utara dari pusat kota. Perajin kuningan hanya dapat ditemukan di desaini karena struktur tanahnya yang cocok sebagai bahan pembuat cetakan kuningan.
 
  Keistimewaan dari produk kuningan khas Bondowoso ini terletak pada kualitas kuningannya yang tanpak mengkilat seperti emas yang lebih awet, tanpa pengolahan tambahan, warna kuningnya dapat bertahan lebih lama. Kerajinan ini telah terkenal tidak hanya di Indonesia bahkan tidak jarang wisatawan manca negara datang ke desa Cindogo ini untuk membeli  hasil produksi kuningan ini sebagai koleksi atau sekedar buah tangan. 
 
  Produk hasil kerajinan kuningan ini bermacam-macam, seperti peralatan rumah tangga, souvenir, hiasan interior rumah, tempat bunga, guci, tempat menyirih, relief lukisan hingga miniatur berbentuk binatang. Harga yang ditawarkan untuk setiap produk bervariasi, dimulai dari harga yang paling murah Rp. 40.000,- bahkan hingga yang paling mahal mencapai Rp. 12.000.000,- . Anda berminat?? 
 









 
Jika anda beminat dapat menghubungi :
Email: leo.vanny@yahoo.co.id
HP: 085258990666 - 087 857 775 010
 
Sumber Foto: 
http://www.ligagame.com
http://industrikuninganbondowosojatim.blogspot.com  

Read Users' Comments (6)

Batik Sumber Sari Bondowoso On Mass Media

Batik Tulis Sumber Sari Sasar Kalangan Atas 
By Republika Newsroom
Senin, 29 Desember 2008 pukul 08:30:00
BONDOWOSO – Kerajinan batik tulis Sumber Sari, Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, tidak diproduksi secara massal, bahkan sasaran pembelinya pun dari kalangan menengah ke atas.
“Sasaran pembeli produk kami kalangan menengah ke atas. Harganya pun bervariasi, yakni mulai Rp250 ribu sampai Rp4 juta, tergantung jenis kain dan tingkat kesulitan desain,” kata Ifriko Desriandi, seorang desainer batik tulis Sumber Sari ketika ditemui di Bondowoso, Minggu (28/12).
Kain yang digunakan untuk membatik, lanjut alumni arsitektur Unmer Malang ini, adalah kain katun dan sutera jenis asli tenun bukan mesin (ATBM). Kain sutera ini dibeli dari Garut, Jepara, Ciamis, Serkang Sulawesi, dan Bali.
Dia mengatakan, desain batik buatan tangan dengan menggunakan pewarna alami ini hanya diperuntukan satu produk. “Kami ingin pembeli batik tulis Sumber Sari tidak takut desainnya dipakai orang lain,” katanya.
Menurut dia, sejumlah pemerintah kabupaten (pemkab) di Jatim meminta dibuatkan batik untuk pakaian khas. Misalnya, Bondowoso, menggunakan motif tanaman singkong.
Pemkab lainnya, Jember dengan batik motif tembakau, Lumajang memilih motif pisang, Situbondo memesan batik bermotif tanaman bakau, ikan, dan kerang, sedangkan Probolinggo bermotif mangga, Gunung Bromo, dan anggur.
Namun sayangkan, kata dia, batik tulis yang mulai ada sejak 1984 ini kurang mendapat perhatian dari pemkab setempat.
Bahkan, kata Ifriko, saat pameran besar menggunakan nama batik tulis Sumber Sari Jember. Pasalnya Pemkab Jember banyak memberikan bantuan.
Untuk sementara ini, pemasaran batik tulis Sumber Sari hanya memenuhi konsumen lokal, belum diekspor.
“Ya, karena tidak bisa menghasilkan produk yang banyak dalam waktu singkat,” katanya ketika ditemui di lokasi pembuatan batik tulis Sumber Sari di selatan kota Bondowoso, jaraknya sekitar 15 kilometer dari pusat kota tape. (ant/ri)


Sumber : http://sumbersaribatik.wordpress.com/
 

Read Users' Comments (3)

Batik Tulis Sumber Sari Khas Bondowoso

  Batik merupakan sebuah karya anak bangsa yang menjadi khasanah Indonesia yang dapat dibanggakan tidak hanya di Indonesia sendiri, namun hingga manca negara. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Tetapi hampir seluruh daerah di Indonesia mulai Sabang sampai Merauke memiliki batik khas masing-masing khususnya di pulau jawa, seperti Batik Cirebon bermotif mahluk laut, Batik Buketan asal Pekalongan dengan desain pengaruh Eropa beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta, Solo dan Surakarta.
   
  Selain batik-batik terkenal diatas, ada pula kerajinan batik lokal yang mungkin saat ini masih belum begitu mendapat perhatian terutama dari pemerintah yaitu batik khas kabupaten Bondowoso. Batik Khas Bondowoso mengusung konsep Kontemporer, Modern dan tradisional. Ciri khas motif yang dibuat yaitu Motif Singkong dan Motif Tembakau, mengacu kepada daerah asal pembuatan yaitu perbatasan Jember dan Bondowoso yang merupakan daerah penghasil singkong yang merupakan bahan dasar pembuatan makanan khas Bondowoso “Tape” dan tanaman tembakau. Batik Khas Bondowoso dengan motif singkong ini juga merupakan pakaian khas Kacong Jebbing Bondowoso yang merupakan duta wisata kabupaten Bondowoso.
   Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009 
 
Email: sumbersaribatik@yahoo.com
Website: http://sumbersaribatik.wordpress.com/
Office: Jl. Sukowono I no 7 - 9 Kecamatan Maesan, Kabupaten Bondowoso
 

Read Users' Comments (3)

Sejarah Tragegi Gerbong Maut

 Cerita mengenai peristiwa “Gerbong Maut” berikut merupakan ringkasan dari cerita-cerita dari berbagai sumber.
 
   Belanda melakukan penangkapan besar-besaran terhadap TRI, lasjkar, gerakan bawah tanah dan orang-orang tanpa menghiraukan apakah yang bersangkutan berperan atau tidak dalam kegiatan perjuangan. Sehingga dalam waktu singkat penjara Bondowoso tidak mampu lagi menampung tahanan yang pada waktu itu mencapai ± 637 orang. Belanda bermaksud memindahkan tahanan yang termasuk “pelanggaran berat” dari penjara Bondowoso ke penjara Surabaya. Untuk mengangkut para tahanan tersebut digunakan sarana kereta api.
  Setiap tahap pengangkutan memuat sebanyak 100 orang. Pemindahan pertama dan kedua berjalan dengan baik karena gerbong yang mengangkut tahanan diberi ventilasi seluas 10-15 cm. Namun saat pemindahan tahap ketiga, gerbong tertutup sangat rapat dan selama perjalanan rakyat tidak boleh mendekati gerbong. Akibatnya, semua tahanan dalam gerbong menderita kelaparan dan kehausan. Pemindahan tahap ketiga inilah
Setelah mendapat perintah langsung dari Komandan J Van den Dorpe, Kepala Penjara   mengumpulkan semua tahanan yang telah tercatat namanya. 
   Pada Sabtu, 23 November 1947, jam 04.00 WIB, tahanan yang tercatat dibangunkan secara kasar lalu dikumpulkan di depan penjara. Rincian tahanan adalah sebagai berikut: rakyat desa (20 orang), kelaskaran rakyat dan gerakan bawah tanah(30 Orang), anggota TRI (30 orang), dan tahanan rakyat serta polisi (20 orang). Pada jam 05.30 WIB tahanan tiba di Stasiun Kereta Api Bondowoso. Sebanyak 32 orang masuk gerbong pertama yang bernomor GR 5769; 30 oarang ke gerbong kedua yang bernomor GR 4416, sisanya berebutan masuk ke gerbong yang terakhir bernomor GR 10152 karena panjang dan masih baru.

   Pada jam 07.00 WIB kereta dari Situbondo datang. maka, saat itu juga gerbong digandeng. Menurut Ru Munawar yang masuk gerbong pertama, setelah gerbong dikunci, keadaan menjdi gelap gulita dan udara tersa panas walaupun masih pagi. Jam 07.30 kereta bergerak menuju Surabaya. tepat di Satsiun Taman, mulai terjadi peristiwa memilukan, Kiai Samsuri 50 Tahun, membanting-bantingkan tubuhnya sambil berteriak kepanasan. Jangankan diisi 30 Orang, 10 orang saja sudah terbayang panasnya. gedoran-gedoran para tahanan sudah tidak digubris bahkan dijawab dengan bentakan pedas; “Biar kalian mapus semua, hai anjing ekstrim!, atau “Di sini tidak ada makanan dan air minum, yang ada cuma peluru”.

   Ketika tiba di Stasiun Kalisat, gerbong tahanan harus menunggu kereta dari banyuwangi. Selama dua jam para tahanan berada dalam terik matahari. Akhirnya pada jam 10.30 WIB kereta baru berangkat dari Jember ke Probolinggo. Setelah meningglkan Jember di siang hari, suasana gerbong bagaikan didalam neraka karena atap dan dinding gerbong terbuat dari plat baja.Banyak terjadi peristiwa diluar batas kemanusiaan, misalnya guna mempertahankan hidup dari kehausan sebagian para tahanan terpaksa meminum air kencing tahanan yang lainnya.
   Mendekati Stasiun Jatiroto, Allah SWT menebarkan rahmat-NYA. Hujan yang cukup deras dimanfaatkan para tahanan yang masih hidup untuk meneguk tetes demi tetes air dengan menjilat tetesan air yang berasal dari lubang-lubang kecil.Tidak demikian halnya dengan gerbong ketiga GR10152. karena masih baru, para tahanan tidak mendapatkan tetesan air sedikitpun. Ketika sampai di Surabaya, dalam gerbong ketiga (GR10152) tidak ada satupun yang hidup.
   Setelah menempuh perjalanan selama 16 jam, Gerbong Maut sampai di Stasiun Wonokromo. Jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Setelah didata, di gerbong I No. GR 5769 sebanyak 5 sakit keras, 27 orang sehat tapi kondisi lemas lunglai, Gerbong II No. GR.4416 sebanyak 8 orang meninggal, 6 orang sehat, dan di Gerbong III No. GR. 10152 seluruh tawanan sebanyak 46 orang meninggal semua.
  Tiga gerbong maut saat ini tersimpan sebagai salah satu dari benda peninggalan sejarah di stasiun Bondowoso, stasiun Wonokromo dan Museum Brawijaya Jl.Ijen 25A Malang.


Sumber : http://bondowosocity.wordpress.com/
Foto : Berbagai Sumber

Read Users' Comments (1)komentar